Jika berbicara tentang cinta tanah air, mungkin kita bisa sepakat, bahwa siapapun yang merasa orang Indonesia akan mencintai Pertiwinya, namun cinta pada tanah air tentunya tidak hanya dengan hanya ucapan belaka, atau ikut upacara, ataupun memasang Avatar aku cinta Indonesia di Profile Picture media sosialnya.
Cinta tanah air pada tindakan nyata, menjaga merdeka ini untuk tetap sentosa, semua punya cara untuk menyatakan cinta pada Indonesia, Polri menegakkan hukum, TNI menjaga stabilitas Negara dan lain semacamnya, guru mencintai Indonesia dengan mencerdaskan anak bangsa, para pebisnis mencintai Indonesia dengan membuka lahan kerja bagi rakyat Indonesia, banyak macamnya.
Kami, GP ANSOR dan BANSERnya, memilih untuk mencintai Negeri ini dengan cara lain, menjaga Negeri ini dari paham Radikalisme dan Terorisme, menjaga NKRI yang bagi kita adalah harga mati dan Pancasila adalah Final, menjaga dari yang ingin merongrongnya. Menjaga damai dan toleran Indonesia serta mengawal setiap kebijakan pemerintah dan mendukung penuh jika hal tersebut berguna untuk rakyat dan kemajuan Bangsa.
Implementasi cinta Banser untuk Negeri ini tak usah ditanyakan lagi, kami punya Banser tanggap bencana (BAGANA) yang hadir pada duka dan air mata korban banjir, tanah longsor dan sebagainya, kami punya Banser Anti Narkoba (BANAAR) yang sampai pada setiap kecamatan-kecamatan untuk membantu BNN, kami punya Banser Pemadam Kebakaran (BALAKAR), kami punya Banser Maritim (BARITIM), Banser Lalu lintas (BALANTAS), dan semua itu melalui pendidikan dan latihan yang matang. Kami mengabdi untuk Bangsa ini di semua sektor, belum lagi jika berbicara tentang kontra Ideologi yang mengancam Negara, mari kita bahas sedikit.
Siapa yang paling depan berteriak ketika para Khilafis gila itu berulah? Sampai dibubarkan dan terlarang pun, kami tetap kawal, sidang PTUN kemarin, GP ANSOR menjadi saksi ahlinya, kader terbaik kami yang menjadi saksi ahli pemerintah, kami yang paling konsisten melawan ideologi-ideologi aneh dan gila ini. Terorisme dan radikalisme menjadi Concern kita, ada Detasemen Khusus yang membididangi itu, Densus 99 Asmaul Husna namanya, tak usah ditanya pada ranah ini apa yang telah kami perbuat untuk Negara.
Masalah toleransi, bagi Banser ini adalah sebuah niscaya untuk Indonesia, kami menjaga rukun dan damai Indonesia, kami menjaga kekhusyuk-an ibadah saudara kami yang tak se-Iman karena ada ancaman teroris dan segala macam, Misa malam Natal kami ada di Gereja-gereja, hari raya Nyepi di bali, kami bersama sahabat kami Pecalang, bergandeng mesra merajut tenun indah toleransi ini. Kami punya luka yang tak mungkin dilupakan oleh sejarah masalah toleransi ini, kader terbaik kami meregang nyawa memeluk Bom saat pengamanan di Gereja saat Misa Natal di Mojokerto beberapa tahun lalu, sahabat Riyanto namanya.
Dan ingat sahabat, kami hanya Ormas kepemudaan, tak ada wewenang lebih selain hanya pada tugas-tugas yang kami bisa lakukan, kami punya komitmen, memperbaiki itu harus dengan cara yang baik pula. Dan ingat sahabat kami tak digaji dan tak ada imbalan, ini hanya karena cinta kami pada Indonesia, itu saja.
Ada yang membenci kami? Banyak, segala cara dilakukan mereka yang tak suka kami ada, ya mereka yang kami hardik atas kelakuannya, soal ideologi maupun tingkah polah Intimidasinya yang berkedok Agama, segala fitnah dilakukan, segala upaya membenturkan dengan “Ibu” kami, Nahdlatul Ulama dihembuskan, dan upaya upaya lain yang tak usah disebutkan. Tapi tak apa, ini konsekwensi dari kecintaan kami pada Pertiwi ini, selama masih ada barokah dan doa para Ulama NU, dan doa rakyat Indonesia, kami akan selalu ada Hatta yaumil Qiyamah.
Harapan pada kami besar dan banyak yang kecewa karenanya, menginginkan Indonesia pada posisi Ideal dalam soal keberagaman Agama dan toleransi serta aksi-aksi radikalisme dan paham aneh-aneh itu tak bisa kami lakuakn sendiri, ada pemerintah dan ratusan Ormas-ormas lain yang harusnya bergandeng tangan dengan kami. Kenyataanya? Kami seakan sendiri sahabat, lihat saja di lapangan bagaimana. Kemana ormas-ormas lain yang mirip lah minimal dengan kami, yang lahir dari Organisasi besar Kemasyarakatan dan ke-Islaman, kenapa diam dan seakang mendukung? Masuk angin kau kawan? Semoga tidak dan jangan sampai.
Ribuan kali kami mengajak, mari bergandeng bersama kami, para pengkritik, mari berjuang bersama, kami kira untuk mencintai Indonesia kita pada rel yang sama, mari bersama dalam gerbong besar GP ANSOR, saat ini semaian kader kami di Indonesia bak cendawan dimusim hujan, banyak dan akan terus semakin banyak, karena apa? Mungkin aksi nyata kami yang terlihat mereka mencintai Indonesia tanpa pamrih apapun, mungkin mereka sudah jengah melihat Indonesia banyak orang gila, gila Agama, gila Politik dan gila kekuasaan. GP ANSOR dan Bansernya akan selalu mencintai Negeri ini, dengan cara yang kami yakini ini adalah yang terbaik, silahkan caci dan maki, itu toh tak membuat kami berhenti mencintai Indonesia, namun jangan fitnah kami, jika tak mau bergandeng tangan dengan kami diam saja, itu lebih terhormat kami kira, doakan kami agar tetap Istoqomah mencintai Bangsa ini dengan cara kami. Salam sahabat
Wallhul Muwaffiq Ila Aqwamith tharieq
Afif Fuad Saidi