Dua tahun lalu, saya mendapat kesempatan menemani Kasatkornas Banser, Sahabat H. Alfa Isnaini beserta rombongan Kirab Satu Negeri sowan kepada salah satu Kiai Kharismatik di Situbondo, KHR. Muhammad Kholil As’ad (Ra Kholil), pengasuh Ponpes Walisongo, Panji, Situbondo, salah satu putra KHR. As’ad Syamsul Arifin, Pengasuh Ponpes Syalafiyah syafi`iyah, SUkorejo, Situbondo, seorang Ulama, Waliyul Qutb, pejuang kemerdekaan.
Dihadapan sekitar 500 Banser situbondo dan peserta Kirab satu negeri, Ra Kholil menyampaikan satu hal yang saya ingat betul, dan sangat kaget mendengarnya, kaget karena tanpa ada prolog apapun, beliau langsung Dawuh, “Banser itu harus pendekar, Ansor itu harus pendekar, Nahnu Ansorullah itu harus pendekar, sebutkan saja satu sahabat Nabi yang bukan pendekar? Tidak ada, semua pendekar-pendekar hebat.” Berbicara Ra Kholil adalah berbicara ulama dengan keluasan ilmu dan kebersihan hati, sering kami mendengar cerita-cerita ke-Jadzab-an beliau, mungki karena Basyirah hati beliau, hingga sering mengeluarkan Isyaroh-isyaroh yang awam seperti kita tak bisa memaknai apa yang tersirat.
Dan beliau melanjutkan dengan bercerita, saya dahulu suatu hari pulang liburan mondok, umur sekitar 11 tahun, ditanyain sama Abah (Kiai As`ad Syamsul Arifin), kamu sudah belajar apa saja? Saya jelaskan berbagai ilmu agama yang sudah saya pelajari di pondok, lalu beliau bertanya? Bagaimana soal ilmu kanuragan? Saya diam, saya belum belajar, lantas beliau dawuh, jika nanti pulang liburan lagi, saya akan tes ilmu kanuragannya, mulai saat itu saya belajar ilmu kanuragan.
Kiai As’ad adalah pendekar yang ilmu kanuragannya tak pernah ada yang meragukan, saya pernah mendapat ijazah Ya Qohhar ya jabbar milik Kiai As’ad dari Kiai Muhyiddin Abdusshomad, pengasuh Ponpes Nurul Islam Jember, beliau sebelum memberikan ijazah tersebut bercerita, bahwa Kiai As’ad ketika masih remaja dan nyantri di Sidogiri, pernah mematahkan sederet rusuk seorang preman, residivis yang sangat ditakuti, yang bahkan polisi saat itu tak mampu menangkapnya hanya dengan sepotong lidi berhizb Ya Qohhar Ya jabbar. Banyak kisah bagaimana beliau adalah sosok pendekar hebat, begitupun putranya, Ra Kholil, yang konon sampai saat ini masih sering berlatih pencak silat bersama para santri Ponpes Walisongo.
Banser dan Kanuragan adalah dua sisi mata uang, Banser harus pendekar, harus bisa menjaga diri, bukan untuk gagah-gagahan, tugas-tugas ke-Banse-an tidak mudah, berat dan kemampuan untuk menjaga diri memang harus dimiliki, juga menjaga nilai tradisi Pesantren, tradisi Kiai-kiai NU. Sejarah mencatat, bagaimana saat seruan resolusi jihad Mbah Hasyim Asy`ari meledak di Surabaya, para santri, Ansor, semua ya tidak kosongan, semua pendekar, semua punya bekal ilmu kanuragan yang mumpuni, Mbah Hasyim memerintahkan Kiai Abbas Buntet pada waktu itu untuk memimpin pasukan, juga bukan tanpa pertimbangan yang matang, Kiai Abbas Buntet adalah pendekar dan mahaguru untuk ilmu-ilmu kanuraganan.
Saya menulis ini setelah melihat postingan Facebook Gus Ketum PP GP Ansor, Gus Yaqut Cholil Qoumas, sebuah video Gus Irwandi Yusuf, Kasatkorwil Banser Jawa timur yang juga Bupati Pasuruan sedang memperagakan ilmu kanuragannya.
“Ini Gus Irsyad Yusuf, Bupati Pasuruan, Komandan Satkorwil Banser Jawa Timur. Bukan gagah-gagahan. Banser ya memang begini. Kader yang membuat kita yakin masa depan NU akan gilang gemilang dan kejayaan Indonesia hanya soal hitungan hari. Banser bukan hanya berani disaat ada ancaman ideologi, tetapi juga ngerti cara membela diri, piawai menjadi pimpinan dan paham urusan pemerintahan. Karena dalam kesadaran Banser terlanjur tertanam semangat membersamai Kyai dan mencintai Indonesia sebagai tumpah darah. Ancaman terhadap keduanya akan menjadi urusan serius bagi Banser. Jangan ganggu kyai dan jangan rusak negeri dengan khilafah, korupsi, ketidakadilan ekonomi hingga investasi yang menyengsarakan rakyat. Apapun harga yang harus dibayar! Bagi ketidakadilan, Banser ini muda dan berbahaya!”
Banser bukan hanya paham pemerintahan, piawai dalam soal kepemimpinan, namun pada satu nafas kami sudah tertanam untuk mencintai NU, Kiai-kiai NU dan Indonesia, jangan pernah mencoba untuk mengutak atik Kiai kami, jangan pernah mengganggu Islam Indonesia, dan jangan sekali-kali untuk merusak Indonesia, dengan menginginkan sistem lain misalnya, ada harga yang harus dibayar untuk itu, dan Banser, Ansor siap membayarnya dengan apapun.
Banser pendekar? Banser menguasai ilmu kanuragan? Jawabannya iya, kami menjaga Kiai kami, menjaga Indonesia dan kami menjaga tradisi Nahdlatul Ulama. Terkesan arogan? Ndak apa-apa, untuk menjaga itu semua, jika tak bisa dengan lemah lembut, maka ilmu kami sedikit mumpuni untuk kemudian hanya mematahkan besi baja sekalipun. Apapun profesi seorang Banser, maka Banser tetaplah Banser, dan banser harus menjadi pendekar.
Afif Fuad Saidi.
Sumber : https://afiffuads.com/2020/02/28/banser-ya-harus-pendekar/