ANSOR.ID – Ketua Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor H.M Nuruzzaman mengungkapkan bahwa kegiatan Akademi Literasi Ansor merupakan ikhtiar GP Ansor meningkatkan kualitas kader muda Nahdlatul Ulama (NU) di tengah dinamika kehidupan berbangsa yang kian kompleks. Hal ini disampaikan dalam pembukaan kegiatan Akademi Literasi Ansor di Ponpes Inggris Assalam, Bogor, Jawa Barat Minggu lalu (6/10/23).
“Peningkatan literasi bagi kader Ansor ini akan membuat kader lebih adaptif, responsif dan selektif untuk mengembangkan diri di tengah era transformasi digital,” tutur H.M Nuruzzaman.
Pria yang akrab disapa Bib Zaman menambahkan, peningkatan kecakapan literasi itu menjadi respon atas perkembangan informasi dan teknologi di semua bidang. GP Ansor memiliki ribuan kader yang tersebar di seluruh Indonesia hingga ke beberapa negara, telah mampu menunjukkan eksistensi sebagai kader militan NU yang berwawasan global.
Baca Juga GP Ansor Kabupaten Serang Gelar Apel Kesetiaan 1111: Satu Komando Bersama Gus Yaqut!
“Kita tahu telah banyak kader Ansor yang mampu bicara banyak, tidak hanya untuk isu-isu nasional. Bahkan di level Internasional kita juga berperan dalam beberapa kepentingan hubungan antar negara. Ini menjadi bukti bahwa Ansor hadir dalam kepentingan dunia,” kata Bib Zaman.
Peran dan kedudukan Ansor sebagai kader muda NU tadi, lanjutnya, tentu menjadi tantangan agar lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas kader. Salah satunya melalui Akademi Literasi Ansor. Di level nasional, bahwa Ansor di masing-masing Pengurus Wilayah didorong untuk terus meningkatkan kemampuan literasi di tengah dinamika yang unpredictable. Sehingga dengan kemampuan dan kecakapan literasi itu, Ansor akan lebih adaptif dengan pola perubahan zaman di semua bidang.
“Prinsipnya sebagai kader Ansor itu jangan berhenti untuk terus belajar dan meningkatkan kemampuan literasi. Ini sebagai kesiapan menjawab tantangan perkembangan zaman yang bergerak begitu cepat,” tegasnya.
Baca Juga Ansor Kubu Raya Lakukan Kaderisasi Diklatsar dan Pembaretan Anggota Banser
Saat ditemui tim ansor.id, Bib Zaman mengungkapkan keinginannya agar Akademi Literasi Ansor ini tidak cukup hanya batch 1. Kegiatan ini harus terus berlanjut di daerah-daerah lainnya.
“Saya harap Akademi Literasi Ansor ini tidak berhenti sampai di sini saja. Dalam waktu dekat ini harus ada batch-batch berikutnya yang digelar di daerah lain. Kalau bisa seluruh Pimpinan Wilayah mengadakan Akademi Literasi Ansor,” imbuhnya.
Kegiatan Akademi Literasi Ansor secara garis besar bertujuan untuk peningkatan literasi di kalangan kader-kader NU dan masyarakat umum. Dengan fokus pada pemahaman tentang kebangsaan, keagamaan, kebudayaan dalam bingkai keragaman.
Akademi Literasi Ansor diikuti hampir seluruh Pengurus Wilayah di Indonesia. Selama tiga hari, para akademia mengikuti sejumlah materi yang diisi oleh Ketua PBNU Savic Ali, Pemred NU Online Ivan Aulia Ahsan, Asisten Staf Khusus Presiden RI Romzi Ahmad, dan beberapa pembicara lainnya.
Sementara itu Pemred NU Online Ivan Aulia Ahsan mengatakan, Ansor sebagai kader muda NU untuk segera merapikan kanal-kanal informasi di masing-masing wilayahnya. Perapihan itu sebagai upaya untuk menyelaraskan ritme dan narasi terkait arah kebijakan satu pintu yang mengacu pada program kerja Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Baca Juga Sambut Hari Santri 2023, Ratusan Kader Ansor dan Banser Gotong Royong Bersihkan Kota Bandung
“Untuk setiap pengurus wilayah, agar segera merapikan kanal informasi di wilayah sampai ke tingkat ranting sebagai komitmen kita menghadirkan informasi kepada publik terkait dengan program kerja, pernyataan sikap dan kedudukan NU di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara,” kata Ivan.
Ketua PBNU Savic Ali juga menekankan pentingnya memahami tugas dan peran Ansor di tengah perkembangan informasi dan teknologi. Indonesia sebagai negara mayoritas Islam harus disikapi secara konstitusional dengan mengedepankan pendekatan humanis terhadap kelompok-kelompok minoritas.
“Tidak dapat dipungkiri bahwa kita (NU) menjadi salah satu penggerak transformasi (digital) itu. Negara kita mayoritas Islam dan kita harus aktif hadir di tengah dinamika yang ada. Jangan sampai ada marjinalisasi terhadap salah satu kelompok,” kata Savic Ali.
Savic Ali juga mendorong kepada seluruh kader Ansor agar fenomena tren masyarakat religius belakangan ini harus direspon oleh kita sebagai representasi organisasi Islam terbesar di dunia. Sikap terhadap fenomena itu harus sesuai dengan perspektif ideologi Nahdlatul Ulama.
“Ideologi modernitas saya rasa paling ideal untuk menjawab tantangan hari ini dan masa yang akan datang. Sehingga kader Ansor harus memiliki kemampuan membaca seperti apa peta jalan kita sebagai anak bangsa,” ujar Savic Ali. (Ali Mufid)